Facebook

banner image

Proporsional dalam Berpendapat


Terkadang kita menjadi orang yang seolah tahu segalanya, dan bercerita tentang segalanya yang sebenarnya kita pun tidak begitu paham tentang segalanya itu.
Sedikit pengetahuan yang kita tahu terkadang menjadikan kita sombong dan merasa lebih tahu dari yang lain. Seperti seseorang yang hanya membaca sepotong synopsis suatu novel tapi merasa sudah tahu tentang segalanya dalam novel itu… tokohnya, plotnya, detail-detailnya… lalu ia pun bercerita kesana-kemari tentang betapa serunya kisah di novel itu padahal yang ia ketahui hanya sedikit.
Yah, kita terkadang memang perlu banyak bicara untuk mencairkan suasana, untuk mengakrabkan diri, tapi bukan berarti dengan berkomentar ini itu seolah kita sudah sangat paham tentang segala hal. Kenapa tidak jujur saja saat kita tidak tahu? Kenapa mesti berkoar-koar akan hal yang sebenarnya belum kita dalami? Inginkah kita disebut pintar di depan mereka? Apa kita gengsi mengakui ketidak-tahuan kita?
           Socrates berkata bahwa orang bijaksana adalah ia yang tahu bahwa ia tidak tahu.
Baiknya… kita lepaskan saja topeng di wajah kita dan menjadi ASLI. Berbicara sesuai pengetahuan, pemahaman.
Sebaliknya, begitu mengagumkan mereka yang meski tahu banyak tapi menolak menjadi “orator setengah jadi”. Mereka bukan tak ingin bicara atau tuna wicara J tapi lebih karena TAWADHU. Mereka bukan pelit berbagi ilmu, hanya saja mereka melihat momen yang tepat kapan waktunya untuk ‘tampil’. Bukan untuk menyombongkan diri tapi untuk memberi jawaban cerdas-efektif. Kata-kata yang mereka ucapkan bukan untuk mencari muka tapi semata untuk berbagi dan memahamkan, dan mereka selalu menata hati agar tidak diam-diam berbangga diri dalam hati.
                Sang sunyi mencari waktu untuk “meledak”…

Bukan berarti membatasi apalagi melarang untuk bersuara, namun lebih agar kita lebih proporsional dalam berbicara atau berpendapat. Menyesuaikan momen, cara, dan terlebih NIAT.

Proporsional dalam Berpendapat Proporsional dalam Berpendapat Reviewed by Fitriani Razak on 02.12 Rating: 5

1 komentar:

  1. mungkin, terkadang orang2 yang "sokta" (istilah kerennya)hanya ingin mencairkan suasana, ato biar orang2 yang menjadi lawan bicaranya itu bisa "klik" waktu mereka saling bercakap, sehingga terkadang sifat "sokta-sokta berhadiah" tak ter-elakkan lagi. hehe (apa omong)

    so, kalo mnurut saya. tidak bakal berdosa orang yang mengatakan "saya tidak tahu", coz itu juga termasuk bagian dari ilmu. bukan begitu pemirsa? hehehehe -____-"

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.