Facebook

banner image

Ta'aruf dengan JOSTEIN GAARDER



“Jika fantasi sama dengan kebohongan maka para penulis mestilah pembohong yang paling antusias. Mereka hidup dari situ dan orang-orang dengan sukarela membeli cerita hasil kebohongan mereka. Mereka bahkan muncul dalam klub-klub buku untuk menyampaikan kebohongan melalui pos.” 
Jostein Gaarder, Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken, h.35. -

Kalau begitu, janganlah berhenti berbohong, wahai para penulis!
Jostein memilih bercerita untuk menyampaikan pesan-pesannya karena menurutnya otak manusia itu diciptakan untuk mencerna cerita. Kalau ada yang menjelaskan tentang Jakarta kepadanya secara lengkap, ia akan mendengarkan secara saksama dan serius, tapi tidak akan mengingatnya. Sebaliknya, jika ada yang menceritakan kisah-kisah tentang Jakarta maka ia akan mengigatnya.

Kata Jostein, ia mewanti-wanti istrinya bahwa menulis buku itu mungkin tidak banyak menghasilkan uang. “Kalau begitu, nulisnya yang cepat saja!” jawab istrinya. Tidak tahunya, buku ‘Dunia Sophie’ saja diterjemahkan ke dalam sekitar 50 bahasa dan sudah terjual sekitar 50 juta copy.

“Kalau saya tahu ‘Dunia Sophie’ bakalan laris seperti ini, saya akan menulisnya dengan cara berbeda. Akan saya masukkan unsur-unsur filosofi Islam, India, Cina dan lain-lain di dalamnya,” pungkasnya.

Ada lagi yang menarik, saat ditanya kenapa sih dalam buku-bukunya ia bercerita dengan menggunakan dua orang yang saling bertukar surat. Kata Jostein, dengan mengisahkan dua orang yang berkirim surat, ia bisa bercerita di dalam cerita. Tahukah Anda, bahwa tokoh utama ‘Dunia Sophie’ itu bukan si Sophie, melainkan Hilde dan ayahnya yang menceritakan Sophie? *Hmmmmm…* Katanya lagi, ia juga pernah ditanya mengapa tokoh buku itu anak perempuan. “Sebenarnya saya bisa saja menjawab ‘mengapa tidak?’”, katanya. Tapi, lanjutnya, memang harus perempuan karena ‘Sophia’ dalam bahasa Yunani artinya ‘kebijaksanaan’ dan kebijaksanaan serta filosofilah yang ingin disampaikannya dalam buku tersebut. Itulah salah satu kepiawaian Jostein Gaarder yang berhasil memukau peserta temu wicara hari itu.

Saat mendengar bahwa Pak Gaarder dan istrinya memberikan Sophie Prize kepada aktivis lingkungan hidup, aku sebenarnya ingin tanya apakah ia merasa pernah merusak lingkungan entah dengan cara apa dan sekarang berusaha memperbaikinya dengan memberikan anugerah seperti itu? Ternyata katanya, hasil penjualan ‘Dunia Sophie’ sedemikian besarnya sehingga mereka tidak tahu uangnya mau diapakan (kasih aku saja, Pak. aku sangat peduli pada lingkungan). Menurutnya, seyogianya umat manusia penghuni bumi ini mencintai dan memelihara alam yang dihuninya. Sebagai sumbangsihnya, jadilah Sophie Prize itu. Hormat!
Bersama Jostein Gaarder

Sebenarnya masih banyak yang disampaikan oleh Pak Gaarder, semuanya filosofis. Kebiasaannya menguraikan sesuatu lalu berkata “BUT!!” dengan suara nyaring sambil mengacungkan telunjuk dan kemudian melanjutkan paparannya membuat acara tanya-jawab menjadi renyah, serenyah cerita-ceritanya. Jostein Gaarder memang pendongeng yang menawan.

Setelah tanya jawab, tibalah acara penandatanganan buku. Banyak yang membawa setumpuk buku-buku karya Pak Gaarder. Aku hitung ada 8! Wow. Terjadi praktik perjokian. Ada yg clingak-clinguk melihat berapa buku yang dibawa orang lain. “Mbak, bawa berapa buku?” tanya seorang lelaki. “Boleh nitip satu ga?” Kontan aku yang berdiri dua orang di depan si Mbak itu melengos takut dijadiin joki hehehe. Walau begitu, antrean rapi membuat proses penandatanganan dan foto bareng berjalan lancar.
Acara diadakan di Gramedia Matraman, Jakarta, oleh Penerbit Mizan.


CoPas dari: http://dinabegum.wordpress.com/2011/10/12/sehari-lebih-dekat-dengan-jostein-gaarder/?blogsub=confirming#subscribe-blog
Ta'aruf dengan JOSTEIN GAARDER Ta'aruf dengan JOSTEIN GAARDER Reviewed by Fitriani Razak on 00.43 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.